Sosok Lurah Seumur Hidup Bernama Abdurrahman

Di antara hamparan hijau Cicalengka, Rancaekek, Nagreg, hingga Jatinangor, tersimpan kisah tentang seorang figur berpengaruh yang namanya masih terpatri dalam ingatan masyarakat lokal: Abdurrahman. Hidup antara tahun 1889 hingga sekitar 1960-an, ia dikenal bukan hanya sebagai seorang kepala desa, tetapi juga sebagai pemilik tanah yang luas, dihormati dan disegani oleh warga sekitar. Julukan “Lurah Hormat” yang melekat padanya mencerminkan penghargaan dan status sosial yang tinggi kala itu.

Sebagai seorang lurah dan tuan tanah pada masa kolonial hingga awal kemerdekaan, Abdurrahman memiliki kekuasaan yang tidak hanya terbatas pada urusan administrasi desa. Lahan sawah yang subur, perkebunan yang hijau, hingga bangunan-bangunan kokoh menjadi simbol kejayaan dan pengaruhnya. Dalam struktur sosial masa lalu, peran tuan tanah sangat sentral—mereka bukan sekadar pemilik tanah, melainkan juga pemegang kendali atas kehidupan ekonomi, bahkan sosial-politik masyarakat setempat.

Namun, di balik kehormatan dan kekuasaan itu, tersimpan kisah misterius yang hingga kini belum terpecahkan: silsilah keturunan Abdurrahman yang begitu luas dan tersebar. Banyak pihak yang mengaku sebagai ahli warisnya, memunculkan berbagai pertanyaan: Apakah Abdurrahman memiliki lebih dari satu istri? Apakah ada anak angkat, atau bahkan kisah-kisah yang tidak tercatat dalam dokumen resmi?

Cerita turun-temurun dari mulut ke mulut menyebutkan bahwa kekayaan dan pengaruh Abdurrahman mungkin menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang untuk mengklaim sebagai keturunannya. Di sisi lain, tak tertutup kemungkinan adanya dokumen sejarah yang hilang atau belum ditemukan, yang bisa menjelaskan benang merah dari garis keturunannya yang sebenarnya.

Misteri ahli waris sang “Lurah Hormat” ini pun menjadi bagian dari teka-teki sejarah lokal yang menarik. Bukan hanya dari sisi genealogi, tetapi juga menyentuh persoalan struktur sosial, warisan tanah, hingga potensi konflik agraria. Menelusuri asal-usul Abdurrahman dan klaim para ahli warisnya bisa menjadi perjalanan sejarah yang menarik—melibatkan pencarian pada catatan sipil tua, dokumen pertanahan kolonial, serta kesaksian lisan dari generasi tua yang masih menyimpan potongan-potongan kisah masa lalu.

Sosok Abdurrahman tetap menjadi bagian penting dari narasi sejarah kawasan Bandung Timur. Kisahnya mengingatkan kita bahwa sejarah lokal menyimpan lapisan-lapisan cerita yang tak selalu tercatat secara resmi, namun tetap hidup dalam ingatan kolektif masyarakat. Dan dalam lapisan-lapisan itulah, tersimpan makna dan pelajaran penting tentang hubungan manusia, tanah, dan kekuasaan di masa lampau.

(Kalbarudin)

Editor : Anas Nasikhin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Contoh Menu Header Tetap